Pertentangan utama dalam masalah ini adalah melihat bahasa asing sebagai hambatan nasionalisme dan bahasa asing sebagai rujukan ilmu. Penggunaan bahasa asing sebagai hambatan nasionalisme dan kemajuan bangsa disebabkan karena pandangan bahwa penggunaan bahasa asing akan menekan dan meminggirkan (memarginalkan) bahasa sendiri. Ada kekhawatiran bahwa bahasa sendiri akan ditinggalkan dan tidak berkembang karena telah didominasi bahasa asing khususnya dalam penyebaran ilmu dan teknologi. Sedangkan bahasa asing sebagai rujukan ilmu cenderung lebih terbuka artinya bahasa asing hanya digunakan untuk merujuk sumber ilmu bukan menghambat pemakaian bahasa sendiri. Bahasa asing dan bahasa sendiri saling berdampingan dan melengkapi. Hal ini dilakukan karena kadang-kadang ada sumber-sumber ilmu yang menggunakan istilah dari bahasa sumber ilmunya (bahasa asal) yang belum ditemukan padanannya dalam bahasa sendiri. Penggunaan bahasa asing disini justru akan memperkaya bahasa sendiri dan memudahkan penyebaran ilmu yang telah dikembangkan dengan bahasa sendiri. Maksudnya ilmu itu dari asing, diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri, dipelajari dan dipahami sehingga menimbulkan perkembangan ilmu yang baru, diterjemahkan ke dalam bahasa asing lagi dan disebarluaskan lagi ke bagian dunia lain. Bahasa sejatinya hanya media, namun kita juga harus terbiasa dengan berbagai macam media (bahasa) sehingga kita akan terbiasa pula mencerna berbagai macam informasi dari berbagai media.
Penyebaran ilmu pengetahuan sudah selayaknya harus didukung untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan tersebut. Tapi, yang banyak menjadi kendala adalah media dan bahasa penyebarannya. Dalam penyebaran ilmu tersebut selalu disisipi kepentingan infiltrasi budaya sehingga dalam implementasinya banyak orang yang cenderung mengarahkan suatu bahasa sebagai trend bukan sebagai suatu kebutuhan. Hal ini terjadi karena ada anggapan jika menggunakan suatu "bahasa asing" maka dianggap keilmuan tersebut sudah "keren" atau lebih maju daripada bahasa lokal.
Dalam fenomena penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, penggunaan bahasa merujuk kepada jenis ilmu pengetahuannya. Dalam tulisan ini, jenis ilmu pengetahuan akan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
- Ilmu Pengetahuan Dunia, adalah seluruh ilmu pengetahuan yang digunakan manusia untuk mengelola segala aspek kehidupan dan alam semester fana. Sifatnya sementara dan akan berkembang terus sesuai dengan hal-hal baru yang ditemukan dalam eksplorasi alam semester. Ilmu ini sangat penting di kehidupan saat ini karena bersentuhan langsung dengan jasmani dan kemampuan manusia untuk mendapatkan manfaat dan memelihara alam semesta.
- Ilmu Pengetahuan Akhirat, adalah seluruh ilmu pengetahuan yang digunakan manusia untuk mengenal dirinya, mengenal Penciptanya, dan mengenal tujuan hidupnya yang singkat di dunia ini. Tanpa ilmu ini, manusia akan kehilangan kendali atas dirinya. Kehilangan kendali atas diri berarti juga kehilangan kendali atas alam, dan ini berarti alam akan membinasakannya cepat atau lambat.
- Untuk ilmu pengetahuan dunia, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Inggris, Mandarin. Hal ini terjadi karena secara histori, Inggris telah menguasai sepertiga dunia dan negara-negara bekas jajahannya (negara persemakmuran) menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Artinya, kebanyakan negara-negara di dunia akan mengerti bahasa Inggris walaupun bahasa tersebut bukan bahasa nasional di negara tersebut. Bahasa Mandarin, merupakan bahasa yang mulai berkembang menjadi bahasa internasional, hal ini karena banyak bangsa Cina yang menetap di seluruh belahan dunia, artinya rata-rata orang akan bertemu dengan orang Cina dimanapun di dunia ini.
- Untuk ilmu pengetahuan akhirat, bahasa utamanya adalah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianut, Antara lain :
- Agama Islam, menggunakan bahasa Arab. Hal ini merupakan kepastian karena Agama Islam diturunkan di negri Arab, dengan Nabi orang Arab. Hal ini penting sekali dipahami agar seluruh bahasa yang digunakan sebagai pengantar atau penyebar ilmu mengenai Agama Islam harus mengacu kepada bahasa Arab khususnya yang digunakan di dalam Al Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai rujukan utama hukum-hukum Islam. Al Qur'an dan Hadits Nabi tersebut bisa diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa tetapi arti atau makna sesungguhnya harus merujuk kepada bahasa Arab di dalam Al Qur'an dan Hadist. Hal ini dimaksudkan agar makna-makna suatu hukum yang terkandung di dalamnya tidak menjadi bias karena kesalahan pengertian akibat perbedaan bahasa tersebut.
- Agama Kristen, menggunakan bahasa Ibrani dan Latin sebagai rujukannya. Hal ini dimaksudkan agar rujukan terhadap seluruh terjemahan Injil (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) harus merujuk ke makna yang terkandung dalam kedua bahasa tersebut. Hal ini sesuai dengan histori bahwa ajaran-ajaran Kristen ditulis awal dengan bahasa tersebut, dan rekonsiliasi gereja-gereja awal menggunakan bahasa-bahasa tersebut dalam menyusun kembali terjemahan dan penafsiran Injil.
- Agama Budha, banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Cina dan sansekerta karena adanya pengaruh dari ajaran Kho Hu Chu. Pecahnya beberapa aliran Agama Budha juga menyebabkan banyak bahasa yang harus diacu sesuai dengan aliran yang diikuti.
- Agama Hindu, banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Hindustan dan Sansekerta karena berasal dari India. Banyaknya aliran Hindu termasuk Hindu Bali juga mengharuskan penguasaan bahasa yang beragam sesuai aliran yang diikuti.
Karena itu, pelajarilah bahasa-bahasa sumber ilmu tersebut sebagai bekal mengembangkan ilmu yang dimiliki dan mulailah melatih kemampuan menyebarkan ilmu dengan menuliskan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam berbagai bahasa agar ilmu-ilmu pondasi tersebut tidak jauh melenceng dari makna-makna dasarnya.
Mari belajar berbagai bahasa, mulai dari bahasa sendiri, bahasa asing utama, dan bahasa asing pendamping....Selamat Belajar Bahasa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar