Saat itu, saya diminta oleh seorang teman untuk menemaninya membeli handycam baru. Untuk mempermudah perjalanan, dia menawarkan kepada saya agar berboncengan saja naik sepeda motor. Saya tidak masalah, yang penting semua oke…
Sepeda motor teman saya itu bermerek terkenal, model terbaru dari merek tersebut. Tapi yang saya heran saya tidak merasa nyaman di atasnya. Padahal sebenarnya rancangan terbarunya begitu nyaman, shock breaker yang lembut, body yang aerodinamis, engine dengan sistem terbaru, dan sebagainya. Tapi kenapa ya jadi begini ? Yang paling tidak mengenakkan adalah rantainya yang berbunyi keras.
Akhirnya daripada saya tahan sendiri, saya katakan kepada teman saya, bahwa sepeda motornya mungkin mengalami gangguan, terutama rantainya. Dengan tenang dijawabnya, itu hanya masalah pelumasan, dan rencananya dia di pulang dulu ke rumah untuk melumasi rantai tersebut, jika saya masih kurang merasa nyaman. Akhirnya setelah selesai membeli handycam, kami kembali ke rumah untuk melumasi rantai tersebut.
Rantai dilumasi sampai basah, bahkan saya sempat berpikir, ini bukan pelumasan tapi lebih tepat cuci rantai dengan pelumas jika melihat begitu basahnya rantai tersebut diberi pelumas. Selanjutnya dia mengantar saya pulang ke rumah.
Beberapa minggu kemudian, dia mengajak saya kembali untuk menemaninya ke tempat percetakan foto, ada beberapa foto miliknya harus dicetak, dan saya diminta memberikan nasehat, kira-kira foto mana yang pantas dicetak. Kami pun pergi dengan berboncengan mengendarai sepeda motor sebelumnya. Kasusnya sama, saya tetap merasa kurang nyaman, dan kasus rantai kembali terjadi. Akhirnya ketika parkir di halaman percetakan foto, saya coba periksa apa sebenarnya yang menjadi masalah. Ternyata rantainya sudah kendor, roda gigi belakang sudah tajam. Lalu saya sampaikan kepada teman saya, bahwa biarpun minyak pelumas dituangkan sebanyak air laut, sama saja, rantainya tidak akan bisa bekerja dengan baik, karena sudah layak ganti. Dia dengan gampang mengatakan bahwa penggantian sparepart bukan urusannya, nanti dia bilang sama Abangnya bahwa rantainya harus diganti. Lho kok...yang pakai sepeda motor siapa? Ya sebab sepeda motor itu punya Abang temen saya.
Peristiwa-peristiwa di atas memang kerap kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Begitu banyak masalah yang terjadi, tapi kenapa begitu sulit mengatasinya, terjadi berulang dan berulang. Padahal solusinya bukanlah sesuatu yang rumit, besar ataupun mahal, cukup simple, dan gampang.
Seringnya solusi-solusi tersebut bukanlah sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah, tetapi hanya merupakan pemindahan tanggungjawab. Belum lagi metode penyelesaikan yang ditawarkan, umunya hanya bersifat meredam dan mengatasi akibat dari permasalahan bukan mengatasi sumber masalah.
Jadi kadang saya merenung, apakah sebenarnya yang dipikirkan para care take, pengambil keputusan atau siapapun yang bertugas mengatasi masalah. Melepaskan tanggungjawab atau menyelesaikan masalah?
Kalau melepaskan tanggungjawab kenapa ? Terlalu berat ? Tidak mengerti permasalahan atau apa? Kenapa tidak meminta bantuan, kenapa tidak mohon pendapat dan pandangan, haruskah semua ditanggung sendirian? Atau memang tidak ingin masalah itu selesai ?
Semua kembali ke motivasi dan pemikiran masing-masing orang yang terlibat masalah atau ditugaskan menangani masalah. Apakah masalah memang untuk diselesaikan atau untuk diredam. Yang jelas, orang hidup pasti ada masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar