Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di dalam surga. Karena itu MUI memutuskan hukum bahwa :
- Plurarisme, Sekularisme dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran Islam.
- Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekularime, dan Liberalisme Agama.
- Dalam masalah Aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampur adukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.
- Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama dengan pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif (membaur), dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.
Kekerasan dan peperangan di dunia sebenarnya bukan karena agama, karena tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan perang.
Jika terjadi perang dalam sejarah agama, bukan karena agama tersebut mengajarkan perang tetapi karena sikap mempertahankan diri dari serangan lawan. Jangankan mempertahankan agama, jika seseorang diserang oleh orang lain secara individu maka dia wajib mempertahankan dirinya.
Oleh sebab itu, perdamaian masyarakat tidak memerlukan paham pluralisme agama, tetapi yang diperlukan bahwa setiap pemeluk agama menjalankan agamanya masing-masing dengan penuh penghayatan. Karena itu tidak ada alasan jika paham pluralisme dikembangkan untuk mendamaikan dunia, sebab penyatuan agama bukan merupakan solusi, tetapi akan menjadi bencana bagi agama itu sendiri. Jika pluralisme dijalankan, maka kebenaran mutlak agama akan menjadi relatif (nisbi) karena akan sangat tergantung dari pemikiran akal (hawa nafsu) para pemeluknya, jika dibiarkan terus, maka makna Ketuhanan akan hilang dan pada akhirnya akan timbul pemikiran Tuhan tidak pernah ada, kebenaran bukanlah bermakna benar sebenarnya tetapi tidak lebih daripada pendapat orang-orang banyak sesuai akal pikiran bahkan hawa nafsu masing-masing yang menafsirkan dan menjalankannya. Efek jangka panjangnya, akan terjadi dekadensi moral dan hilangnya pedoman hidup (apa yang menjadi standar kebenaran) sebagai acuan untuk memaknai dan menjalankan kehidupan. Munculkan kegelisahan, penderitaan, bahkan dalam kasus ekstrim dapat memunculkan individu-individu yang lupa jati dirinya sebagai manusia, berbuat sekehendak hatinya, bahkan lebih rendah daripada binatang.
Silahturahmi antar umat beragama tidak boleh menjadi ajang penyebaran paham pluralisme agama, tetapi merupakan pertemuan silahturahmi tanpa diiringi dengan upacara keagamaan, doa bersama, dan sebagainya. Untuk memuwujudkan masyarakat damai, yang diperlukan adalah pendidikan akhlak dan sikap toleransi antar umat beragama, bukan merubah dan menyatukan ritual serta keyakinan masing-masing agama.
Pada waktu orang kafir Mekkah datang kepada Rasullullah SAW dan mengajak Rasullullullah SAW untuk menyembah Tuhan mereka selama setahun, dan kemudian mereka nanti menyembah Allah SWT selama setahun pula, maka Allah SWT segera menurunkan firmanya : Katakanlah Hai Muhammand: Hai Orang Kafir...Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak perlu menyembah apa yang aku sembah. Aku tidak pernah menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu juga tidak pernah menyembah apa yang aku sembah. Bagi kamu agamnu, dan bagiku agamaku. (QS. Al Kafirun : 1 - 6).
Ayat dari Surat tersebut yang berbunyi : "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah dan kalian tidak perlu menyembah apa yang aku sembah" merupakan sikap bahwa umat Islam tidak boleh mencampur adukkan do'a, ibadah, ritual dengan umat lain. Tetapi sikap tegas tersebut diikuti dengan sikap menghormati agama yang lain. Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku.
Penghormatan kepada agama yang lain bukan berarti pengakuan kebenaran agama yang lain. Tetapi lebih kepada penghormatan pilihan terhadap orang-orang yang memilih agamanya (selain Islam), saling bebas menjalankan ibadah/agama masing-masing, dan tidak saling ganggu. Masing-masing pemeluk agama harus tetap berkeyakinan bahwa agamanya yang paling benar. Banyak orang salah memahami ayat ini dengan mengatakan bahwa Al Qur'an saja mengakui agama yang lain. Dalam ayat ini hanya penghormatan umat beragama terhadap agama lain bukan pengakuan kebenaran agama yang lain. Sebab bagi umat Islam, agama yang paling benar adalah Islam sebab di dalam Al Qur'an Allah SWT menyatakan :
Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam (QS. Ali Imran : 19)
Kebenaran agama bagi umat Islam hanya pada Islam. Walaupun umat beragama lain meyakini kebenaran agama yang dipeluknya masing-masing, tetapi umat Islam tidak boleh meyakini kebenaran agama lain selain Islam.Sebab bila dia menyakini kebenaran pada semua agama, berarti dia telah ragu dengan kebenaran agamanya sendiri. Karena itu, keyakinan akan kebenaran agama Islam harus diikuti dengan pengakuan bahwa agama yang lain tidak diterima Allah, seperti firman Allah SWT dalam Al Qur'an : Siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak diterima agama itu darinya dan dia di akhirat termasuk orang yang merugi (QS. Ali Imran : 85).
Pengakuan kesalahan agama lain selain Islam bukan berarti membolehkan Umat Islam melakukan kekerasan kepada umat lain, walaupun mereka berbeda agama dan keyakinan. Tetapi sikap menghormati keyakinan orang lain jangan sampai meyakini kebenaran agama lain.
Di sinilah perbedaan antara sikap menghargai banyaknya agama (pluralitas agama) dengan mengakui kebenaran agama-agama (paham pluralisme agama) dan menggabungkan ritual, hukum, dan ajaran agama-agama (sikap pluralisme agama). Islam hanya mengakui keberadaan (bukan kebenaran) agama-agama, dan mengharamkan umatnya untuk meyakini kebenaran lain dan mencampuradukkan ritualnya dengan ritual agama lain.
Semoga kita tetap waspada dengan segala agenda yang akan merusak keyakinan aqidah beragama, khususnya aqidah Umat Islam sendiri. Asyhaduallahillahaillallah Wa Asyhaduanna Muhamammadarrasullullah. Innadinna indallah hil Islam. (Sumber : Renungan Jum'at Istaid no. 927/Shafar 1432H/Januari 2011).
mantab dud...lanjutkan perjuanganmu...
BalasHapusibel