24 Des 2013

Bicara (Banyak) Itu Penting

Pemahaman yang selama ini saya ikuti dan saya pedomani adalah jangan terlalu banyak bicara. Banyaklah berbuat, berkarya dan jangan jadi "Tong Kosong Nyaring Bunyinya".

Dalam banyak kasus yang pernah dihadapi, ternyata bekerja... bekerja... dan bekerja, tanpa melakukan pembicaraan, tanpa "berkoar-koar", tanpa komunikasi, tanpa lobi adalah seperti orang-orang autisme yang hanya mengenal diri sendiri, tidak mengenal siapa-siapa dan tidak hidup untuk siapa-siapa. Hidup adalah untuk kepentingan sendiri, dinikmati sendiri, dan dirasakan sendiri.




Ternyata konsep-konsep yang meninggalkan arti pentingnya berbicara, arti pentingnya komunikasi, sangat mengganggu stabilitas aktifitas-aktifitas teknis. Artinya, keteknisan atau pekerjaan-pekerjaan teknis yang dilakukan adalah untuk kepentingan orang lain, bisa itu komunitas atau mungkin masyarakat umum. Di sinilah komunikasi diperlukan, khususnya komunikasi massa.

Yang tidak menguasai komunikasi massa, akan dianggap sebagai orang yang tidak ada kerja, gak buat apa-apa, karena orang lain tidak pernah tahu, atau bahkan dianggap sebagai  orang tidak produktif.


Trus... kalau bicara-bicara saja tanpa bukti, berarti bohong donk...??? Iya, pendapat itu benar, tapi tekanan berbicara di sini bukan untuk berbohong tetapi untuk mengkomunikasikan, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita melakukan sesuatu, memikirkan sesuatu, atau merencanakan sesuatu. Soal itu akan direalisasikan atau tidak, domainnya bukan komunikasi lagi, tapi sudah reputasi.


Jadi reputasi itu dibentuk dari 2 faktor yaitu komunikasi dan realisasi. Kedua-duanya harus dipenuhi. Komunikasi tanpa realisasi menimbulkan kepercayaan semu yang bisa pudar dalam waktu sekejap, sedangkan realisasi tanpa komunikasi menyebabkan tidak berartinya realisasi yang dilakukan atau dengan kata lain bisa dianggap tidak pernah ada realisasi.


Khusus untuk orang-orang yang berkecimpung di bidang teknis dan eksak, yang jarang atau terbatas menggunakan teknik-teknik komunikasi atau memandang sebelah mata terhadap komunikasi, maka mulailah merubah pola pikir itu. Segala hal teknis yang kita buat tujuannya akhirnya tetap berhubungan dengan manusia, jadi buat itu jadi manusiawi, jangan seperti berkomunikasi dengan mesin, satu arah. Manusia itu punya perasaan dan respons yang diberikan juga bisa tidak terduga, tidak seperti mesin yang sudah bisa diduga.


Banyak pekerjaan teknis yang terganggu atau gagal karena gagalnya atau buruknya komunikasi dan cara berbicara orang-orang teknis kepada para penggunanya. Jadi komunikasi dan berbicara itu PENTING... bukan sekedar BANYAK BICARA tanpa tujuan, tapi menyampaikan hal-hal teknis yang kita lakukan agar diketahui, dipahami, dan dapat memberikan pengaruh dukungan terhadap teknikal yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar