22 Jan 2014

Motivasi : Antara Profesionalisme dan Loyalitas


Dengan cinta, maka manusia, sanggup menghadapi tantanganTanpa cinta, maka manusia, tidak akan mampu berkorban


Dalam melakukan suatu tindakan, seseorang membutuhkan suatu motivasi. Dalam pandangan Muslim disebut Niat. Bahkan sebagai suatu dasar dalam perbuatan, dalam jalan hidup seorang Muslim, ditegaskan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan niat dan setiap amalan itu tergantung dari niatnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, memang niat itu sangat berpengaruh pada semangat seseorang untuk melakukan sesuatu. Sama seperti ketika termotivasi seorang cowok yang tertarik dengan seorang cewek. Inspirasi dan segala perbuatan akan dijalankan untuk mendapatkan hati si cewek. Tanpa adanya ketertarikan itu, tentu saja tidak ada motivasi, dan tidak ada perbuatan apapun yang akan dilakukan oleh si cowok terhadap si cewek.

Lebih luas lagi, motivasi tidak hanya berlaku dalam urusan romatisme dan percintaan. Ada yang termotivasi ingin mendapatkan harta yang banyak, ntah itu uang, barang-barang, rumah, tanah, dan lain-lain. Atau mungkin juga untuk kekuasaan, ntah itu jabatan, kekuasaan, pengaruh, dan lain-lain sehingga dapat dirangkum bahwa motivasi itu dapat dibagi menjadi empat kategori utama yaitu cinta, harta, tahta, dan wanita.

Dalam berusaha mencari nafkah hidup atau menegakkan prinsip-prinsip (idealisme) yang dianut seseorang, sudah pasti ia melakukan usaha-usaha, baik berupa wiraswasta (penguasaha) maupun bekerja sebagai seorang ahli (profiesional, dokter, engineer, advokat, guru, dosen, dan lain-lain) atau seorang karyawan. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, kesuksesan lahir dan batin hanya bisa diraih jika motivasi ada dan tepat, artinya tidak hanya keberadaan motivasi itu saja yang harus ada, tetapi juga ketahanan atau keberlangsungan motivasi itu harus diperhatikan.

Motivasi itu bersifat dinamis, kadang ada, kadang tidak, kadang naik, kadang turun. Orang-orang  yang berhasil dalam usaha dan tercapai tujuannya adalah orang-orang yang berhasil dalam memelihara motivasi diri terhadap apa yang dia lakukan. Dengan itu, dia bisa mengatasi segala rintangan, hambatan, ancaman, dan cobaan dalam usaha-usaha yang dia lakukan untuk mencapai tujuannya.

Dari pengalaman, motivasi itu tidak hanya dari subjek (pelaku) tetapi juga dari bidang yang diupayakan si pelaku. Maksudnya, untuk mengingatkan secara spirit atau batiniah antara pelaku dengan objek (bidang usaha atau aktifitas yang dilakukannya) maka objek juga membutuhkan motivasi. Misalnya, orang yang bekerja sebagai ahli dituntut untuk bekerja dengan memaksimalkan kemampuan keahliannya dan bukan bekerja asal jadi, begitu juga dengan karyawan, ada tuntutan dari perusahaan atau organisasi tempat dia bekerja untuk berbuat secara maksimal untuk perusahaannya. 

Secara umum, motivasi yang terjadi pada orang untuk melakukan sesuatu itu terbagi dalam dua kategori utama yaitu Spiritual (Emosional) dan Material. 

Secara spritual berarti melakukan sesuatu karena adanya suatu nilai yang dianut, dengan demikian perasaan (emosional) menjadi nyaman dengan mendasarkan motivasinya pada aspek spiritual. Misalnya, orang akan bahagia, bangga, jika bisa membantu orang lain atau melakukan ibadah ritual, atau melakukan kebaikan-kebaikan. 

Secara material, berarti melakukan sesuatu karena adanya nilai material yang akan diterima misalnya uang, barang, kekuasaan, atau pasangan (pria/wanita). 

Motivasi secara spiritual dapat memberikan dampak yang lebih luas dan lebih kuat dalam memberikan semangat dalam melakukan sesuatu. Bahkan sangat tidak terbatas pada kemampuan diri sendiri untuk melakukannya. Motivasi ini bentuknya adalah cinta dan loyalitas. Membuat orang mampu berkorban untuk sesuatu yang diyakininya, bahkan mungkin tidak mendapatkan apa-apa kecuali kepuasan emosional.

Motivasi secara material bersifat sangat terbatas, karena ada pertimbangan untung rugi, dan batasan-batasan antara upaya (effort) dan manfaat yang diperoleh. Arti lainnya adalah orang akan melakukan analisis apakah upaya yang dilakukannya minimal sebanding dengan manfaat yang diperoleh bahkan kalau bisa manfaat itu bisa lebih. Semakin tinggi manfaatnya semakin tinggi motivasinya. Dalam kategori ini, motivasi itu sangat sempit, karena sekali saja manfaat itu hilang atau terganggu sebelum diperoleh, maka motivasi itu bisa berkurang drastis, atau bahkan bisa hilang.


Aktifitas-aktifitas profesionalisme umumnya berlandaskan pada motivasi material, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan harus sebanding atau kurang dari manfaat yang diterima. Inilah yang sering kita jumpai sehari-hari. Dimana hasil-hasil yang diperoleh tidak maksimal karena manfaat materi yang ditawarkan tidak sebanding dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. Bahkan bisa jadi lebih parah (hilangnya motivasi) jika manfaat-manfaat materi itu terganggu atau penghargaan kurang.

Loyalitas hanya bisa diperoleh jika motivasi spiritual lebih dominan daripada motivasi material. Loyalitas hanya bisa muncul jika keberadaan keterikatan batin dan cinta dapat dimunculkan sehingga menyebabkan pelaku (orang) menyadari dan merasakan bahwa kecintaannya perlu diperjuangkan dengan apapun.

Mungkin bisa jadi renungan apa yang dilantunkan Rhoma Irama dalam lagu "Pengorbanan" :

Dengan cinta, maka manusiaSanggup menghadapi tantanganTanpa cinta, maka manusiaTidak akan mampu berkorban
Berkorban demi pengabdianBerkorban demi perjuanganBerkorban demi cita-citaBahkan berkorban demi cinta
Pengorbanan dengan keikhlasanSungguh suatu kemuliaanPengorbanan harus diniatkanDalam mencapai ridla Tuhan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar