Kumpulan tulisan pribadi saya. Saat ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori yaitu Civitas Akademika-berisi topik-topik di seputar Kampus tempat saya mengajar,Maya-berisi cerita-cerita fiksi karya saya, dan Galery-hasil jeprat-jeprat hobi saya, Intermezzo-berisi hal-hal lain yang menjadi Opini saya, Dakwah berisi prinsip Amar Ma'ruf - Nahi Mungkar yang saya anut.
27 Apr 2013
Quality of Experiences : Penggunaan Berbagai Jenis Senjata Api
Quality of Experience (QoE), istilah umum yang digunakan untuk mengukur bagaimana kualitas layanan berdasarkan perspektif pengguna. Menurut ITU (International Telecommunication Union), QoE adalah seluruh penerimaan aplikasi atau layanan seperti yang dirasakan pengguna secara subjektif [1]. Ya namanya subjektif, pastinya ada unsur perasaan di situ.
Sama seperti tulisan ini, yang merupakan subjektifitas saya dalam menggunakan senjata api... Saya bukan tentara, bukan polisi, bukan para militer, bukan teroris, bukan segala macam afiliasi militer lainnya termasuk bukan juga dinas intelligent. Saya cuma warga negara biasa, yang kebetulan suka main game Call of Duty dan Counter Strike, jadi ya ... merasakan bagaimana menggunakan senjata api, walaupun secara virtual, bukan nyata.
Oke, dengan tidak berpanjang lebar, berikut ini sedikit review pengalaman saya menggunakan senjata-senjata tersebut. Review ini khusus untuk senjata yang saya senangi saja, yang gak saya pake... ya belum ada reviewnya... mungkin nanti dipikiri lagi....
1. HK UMP 45
[1] Hassan, J.A., Das, S.K., Hassan, M., Bisdikian, C., dan Soldani, D (2010) : Improving Quality of Experience for Network Service, IEEE Network.
Sama seperti tulisan ini, yang merupakan subjektifitas saya dalam menggunakan senjata api... Saya bukan tentara, bukan polisi, bukan para militer, bukan teroris, bukan segala macam afiliasi militer lainnya termasuk bukan juga dinas intelligent. Saya cuma warga negara biasa, yang kebetulan suka main game Call of Duty dan Counter Strike, jadi ya ... merasakan bagaimana menggunakan senjata api, walaupun secara virtual, bukan nyata.
Oke, dengan tidak berpanjang lebar, berikut ini sedikit review pengalaman saya menggunakan senjata-senjata tersebut. Review ini khusus untuk senjata yang saya senangi saja, yang gak saya pake... ya belum ada reviewnya... mungkin nanti dipikiri lagi....
1. HK UMP 45
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/smg16/hk_ump45.jpg
Senjata ini buatan Jerman. dengan kemampuan menembak 600 - 700 peluru per menit. Kapasitas magazine 10, 20, atau 30 peluru, efektif untuk jarak maksimal 100meter, kaliber 45ACP, .40SW and 9x19mm Luger/Para. Senjata ini sangat efektif untuk pertempuran jarak dekat. Musuh gak bakalan ada kesempatan menembak balasan atau menghindar karena kecepatan menembaknya itu. Akurasi juga ampuh dan guncangan minimal. Kelemahannya, daya pukul pelurunya kurang kuat, sehingga musuh baru bisa dilumpuhkan setelah 5 - 10 tembakan.
2. Steyr Aug A1 Para 9 mm
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/austria/1287828937.jpg
Sub machine gun favorit saya... daya tembaknya presisi dengan getaran yang minimal. Efektif untuk pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat. Mungkin sistem bulb upnya itu yang bikin getannyannya minimal. Daya gempurnya juga keras, cuma butuh 2-3 tembakan untuk melumpuhkan musuh. Kaliber 9mm, Kapasitas Magazine 25 - 30 peluru, dengan kecepatan tembakan 700 peluru per menit, jarak efektif mencapai 500meter
3. FN P90
Wah kalo yang ini tidak diragukan lagi untuk pertempuran jarak dekat. Bentuknya ringkas dengan kemampuan tembakan cepat. Sangat ampuh untuk pertempuran satu lawan satu. Kemampuan tembakannya 900 peluru per menit, kapasitas magazine 50 peluru, jarak efektifnya 200 meter. Kelebihannya adalah kecepatan tembakannya yang tinggi sehingga bisa bertempur dengan cepat, kelemahannya, kurang akurasi dan daya pukul peluru yang kurang.
4. MP 38 dan MP40
Referensi :
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/smg33/mp38-1.jpg
Buatan Jerman jaman perang dunia kedua. Tapi masih efektif, terutama untuk pertempuran jarak dekat. Kelamahannya guncangannya terlalu besar, sehingga tembakan kurang presisi. Kecepatan tembakan 500 peluru per menit, kapasitas magazine 32 peluru dan jarak tembak efektif 100 meter.
6. HK MP5
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/smg14/hk_mp5a2.jpg
Termasuk salah satu fovorit saya, tembakannya efektif dan presisi dengan kecepatan tembakan yang tinggi. Sayangnya daya pukul pelurunya kurang kuat, sehingga tidak cocok untuk menghadapi kroyokan. Untuk satu lawan satu sangat tangguh. Menggunakan peluru kaliber 9mm, kecepatan tembakan 800 peluru per menit, kapasitas magazine 15 - 30 peluru.
7. Schmeisser MK36, III
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/germany/1317916394.jpg
Senjata ini efektif untuk pertempuran jarak jauh... Untuk jarak dekat kurang efektif karena larasnya yang terlalu panjang. Semi otomatis. Kecepatan menembakknya 500 peluru per menit, kapasitas magazine 20 - 300 peluru.
8. FN FAL
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/assault/as24/fal_280br.jpg
Efektif untuk pertempuran jarak jauh. Sering saya gunakan jika senjata utama telah kehabisan amunisi. Kapasitas magazine 20 - 30 peluru, kecepatan tembakan 600 - 700 peluru per menit, kaliber peluru 7,63 mm.
9. AK 47
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/assault/as01/ak46_1.jpg
Senapan legendaris buatan Rusia. Tembakan manualnya cukup efektif untuk jarak jauh, kalau tembakan otomatisnya... payah... Tapi daya gempurnya kuat, cocok buat ngadepi kroyokan. Sekali tembak, musuh langsung mati. Daya gempur pelurunya benar-benar kuat. Kapasitas magazine 30 peluru, kecepatan tembakan 600 - 700 peluru per menit.
10. M16
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/assault/as16/ar10a2.jpg
Senapan legendaris buatan Amerika. Tembakan jarak jauhnya presisi, untuk pertempuran jarak dekat juga mumpuni. Tapi daya gempur pelurunya gak sedahsyat AK.
11. M4A1
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/assault/as17/m4_mk18cqbr.jpg
Daya gempur peluru dan presisi tembakannya tinggi. Cocok untuk pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat. Biasanya dilengkapi dengan teleskop atau pembidik laser. Cocok untuk dijadikan sebagai senjata utama.
12. FN SCAR SSR Mk. 20
Sumber : http://world.guns.ru/userfiles/images/sniper/1293194138.jpg
Senapan ini efektir untuk pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat. Guncangannya minimal, presisinya tinggi, daya gempur peluruhnya kuat. Pada Call of Duty Modern Warfare 2, Home Land Security, senjata ini efektif untuk menahan gelombang penyerbuan tentara Rusia.
13. L118A
Sumber : http://www.themodernwarfare3.com/images/weapons/sniper-rifles/l118a-1.jpg
Senapan sniper yang efektif dan mampu menembus kevlar (jaket perisai) dan dinding perlindungan. Tapi sayang suaranya sangat menggelegar dan tidak efektif untuk penyusupan.
14. CheyTac USA M200 Intervention
Sumber : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQGWwXrWvgGUsZamKlpxdPWPe6vFwXJmy2Ty67pVdXOWghimtWEkQ
Senapan sniper yang tidak diragukan lagi presisi dan daya gempurnya. Kaliber CheyTac .408/419. Jika dipasang peredam terada sangat sangar. Tidak ada letusan yang terdengar hanya suara mekanik pelatuk yang bergerak memukul selongsong peluru. Efektif untuk penyusupan dan perlindungan pasukan utama. Kabarnya... senapan ini bisa dilengkapi dengan pengendali komputer, sehingga operator bisa mengendalikannya dari jarak jauh.
Sekali lagi, semua review di atas adalah berdasarkan perasaan saya selama menggunakan senjata-senjata itu di game Call of Duty dan Counter Strike. Kalau di dunia nyata saya tidak tahu sama sekali apakah memang seperti itu rasanya. Gimana mau tau... beberapa senjata, khususnya yang senapan sniper belum pernah dilihat secara langsung...
[1] Hassan, J.A., Das, S.K., Hassan, M., Bisdikian, C., dan Soldani, D (2010) : Improving Quality of Experience for Network Service, IEEE Network.
13 Apr 2013
Bukan Pragmatis yang Diinginkan, tapi Kematangan Sejati yang Dibutuhkan
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan penutup di atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). QS. Al Jaatsiyah: 23.
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
"Hari ini, jika ada orang iseng menekan satu tombol saja di pusat peluncuran nuklir, maka kita, seluruh penduduk bumi akan musnah" (Anthony Giddens).
Dalam pandangan hidup Muslim, menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Menuntut ilmu berbeda artinya dengan mencari ilmu. Kalau mencari ilmu dimaksudnya hanya untuk mengetahui, belum tentu didalami, belum tentu diresapi, dan belum tentu diamalkan. Untuk mendalami, meresapi dan mengamalkannya perlu keikhlasan, kematangan dan kesungguhan. Karena itu lebih tepatnya menggunakan istilah menuntut ilmu, yang lebih khusus diartikan sebagai mencari, mempelajari, mendalami, meresapi dan mengamalkan ilmu.
Menuntut ilmu dapat diibaratkan seperti orang yang mencari buah durian. Buah durian yang enak dan lezat adalah buah durian yang masak di pohon, bukan yang masak karena dikarbit. Buah durian yang masak tadi akan jatuh dengan sendirinya ke tanah. Jika ada orang yang menemukannya, maka buah durian tersebut akan menjadi makanan yang bergizi dengan kualitas rasa yang tinggi. Sedangkan bila tidak ada orang yang menemukannya maka ia akan mengeluarkan biji yang siap menjadi pohon durian yang baru atau bisa juga dimakan oleh hewan lainnya yang kebetulan menemukannya. Sungguh, tidak ada yang sia-sia dari buah durian tersebut.
Buah durian tersebut dapat diibaratkan sebagai orang yang memberi ilmu, lebih khususnya adalah guru. Seorang guru harus memiliki sifat-sifat kematangan buah durian tadi. Ilmu yang benar-benar matang, mumpuni, dan masak. Guru yang memiliki kematangan tersebut tidak akan sedih bila dimaki, dan tidak akan tinggi hati bila dipuji, serta tidak akan takut jika muridnya lebih pintar daripada dirinya.
Guru yang memiliki kematangan ilmu, memiliki kepribadian yang ikhlas. Seperti keikhlaskan buah durian tadi yang jatuh dengan sendirinya dari pohon begitu telah matang. Artinya hanya buah durian yang benar-benar matanglah yang rela dan ikhlas menjatuhkan dirinya dari atas pohon. Ia juga rela, jika dimakan oleh hewan lainnya atau membusuk ke dalam tanah menjadi penyubur tanah tersebut sehingga bisa memberikan saripati gizi bagi tumbuh-tumbuhan yang ada di atas tanah tersebut.
Bila guru memiliki keikhlasan seperti itu, ia akan memperhatikan dan mementingkan murid-muridnya. Tidak akan ada tuntutan kenaikan gaji, penghasilan tambahan, jual diktat atau apapun yang mengesampingkan kepentingan murid-muridnya.Dengan demikian, memberikan ilmu (mengajar) adalah sebuah pengabdian, bukan profesi.
Jika kita perhatikan guru-guru pesantren atau guru mengaji (madrasah) jaman dulu, banyak yang tidak mau menerima imbalan atau digaji oleh murid-muridnya. Nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya dilakukan dengan cara yang lain, berdagang, bekerja di bidang lain, bertani, dan lain-lain, bahkan kadang-kadang dia harus juga menghidupi para muridnya.
Mungkin ketidakselarasan sekarang ini disebabkan oleh berubahnya cara pandang guru terhadap muridnya. Dimana murid adalah objek yang bisa memberikan nafkah kehidupan. Sehingga keikhlasan dan kerelaan itu menjadi sesuatu yang langka. Boro-boro mau ikhlas, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit.
Dalam kenyataannya, banyak guru justru harus terjebak dalam "berjualan ilmu" daripada mengajarkan dan mengamalkan ilmu itu sendiri. Maksudnya, murid-murid adalah konsumen ilmu, dan guru adalah produsen ilmu. Sehingga yang terjadi adalah eksploitasi besar-besar terhadap murid oleh gurunya. Akibatnya tujuan pembelajaran itu sendiri tidak pernah tercapai, kecuali hanya untuk memenuhi target dan kuota kelulusan. Hasilnya, tidak ada murid-murid yang menguasai ilmu yang diajarkan tersebut, kecuali hanya sebagai seorang penonton tanpa makna dalam sebuah pertunjukan.
Keikhlasan tidak hanya dituntut dari seorang guru, tetapi juga dituntut dari para murid yang menuntut ilmu kepada guru tersebut. Sembarang dalam menerima ilmu dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap murid tersebut. Jadi tuntutlah ilmu yang benar-benar matang dari guru yang benar-benar matang. Sama seperti buah durian tadi, jika asal memilih, maka bisa-bisa kita mendapatkan buah durian yang busuk, kecut, bahkan pahit.
Dalam menerima ilmu, murid-murid harus memiliki rasa keikhlasan, tawadhu, dan tidak sombong. Seperti seorang yang harus membungkuk atau berjongkok dalam mengambil buah duren yang jatuh ke tanah tadi. Guru ikhlas, dan murid tawadhu'. Tawadhu artinya murid-murid mendengarkan, memahami, menerima dan melaksanakan pelajaran-pelajaran, ilmu-ilmu secara ikhlas, bukan memberikan pertentangan, bukan pula memprotes, mendemo dan melawan, bahkan mempermalukan gurunya karena dalam anggapan si murid apa yang diberikan itu tidak sesuai dengan kemauan murid tersebut atau tidak memberikan nilai tinggi terhadap hasil belajar muridnya. Karena ini bukan masalah kemauan, ini adalah aturan (proses) yang harus dilaksanakan agar ilmu itu bisa sampai kepada penerimanya.
Namun pada kenyataannya, murid-murid sekarang lebih cenderung untuk bertindak instan, pragmatis, cepat. Seperti buah durian tadi yang seharusnya masak di pohon dan jatuh dengan sendirinya, tetapi sekarang harus dipetik sebelum masak dan dikarbit supaya cepat masak. Akibatnya tujuan dan hakikat menuntut ilmu tadi tidak tercapai dan terpenuhi, karena yang terjadi adalah mencari ilmu yang hanya mengerjar target, rutinitas, dan kebiasaan, tanpa ada hasil yang berkualitas.
Itulah sebabnya, sekarang begitu banyak orang-orang yang bersekolah, belajar, tapi kematangan ilmu, pribadi, dan emosinya seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Beda dengan jaman dulu, jaman kakek-nenek kita, dimana sedikit orang yang bersekolah tetapi kematangan ilmu, pribadi dan emosinya jauh melebihi statusnya. Karena kehidupan, keluarga, masyarakat jauh lebih membentuk kualitas keilmuan, kepribadian, dan emosi kakek nenek kita dulu dibanding dengan sekolahan jaman sekarang. Kenapa itu terjadi, karena keikhlasan, kasih sayang dan motivasi para pemberi ilmu dulu yang kuat dalam memegang idealisme sehingga murid-muridnya menjadi murid-murid dengan karakter yang kuat. Inilah sekarang yang sudah jauh sangat berkurang.
Taufik Ismail, budayawan senior kita pernah menyindir fenomena ini dalah sebuah puisi :
Guru kencing berdiri
Murid kencing berlari
Itu dulu
....
Tapi kini
Guru kencing berdiri
Murid mengencingi gurunya
Permasalahan ini hanya dapat diselesaikan dengan kembali kepada pegangan dan pedoman tuntunan agama. Moral, idealisme, dan prinsip harus dipegang dengan teguh dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pengaruh ideologi yang merusak, yang sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin merusak generasi harus diminimalkan dan bila mungkin dimusnahkan. Kalau tidak, pribadi yang terbentuk hanyalah pribadi yang pragmatis, cepat, instant, tapi tidak kuat terhadap cobaan, gangguan, rintangan dan hambatan. Generasi-generasi yang putus asa, yang bingung, dan gampang dijatuhkan. Karena kekuatan prinsip dan idealisme dalam karakter yang tidak kuat. Sedikit saja kondisi dan situasi berubah, maka jatuhlah mereka ke dalam keputusaan, patah semangat, dan ketidakmampuan.
Semua butuh proses, semua proses harus dijalani, senang-sedih, bahagia-menderita. Menghindari proses dan menginginkan hasil yang cepat tanpa mempertimbangkan kualitas adalah pragmatis. Pragmatis mungkin akan membuahkan hasil yang cepat, tapi hasil itu tidaklah bermutu, hasil yang cepat membusuk, tidak bisa bertahan, dan berkualitas rendah. Mari memulai dan berjuang untuk kematangan sejati, bukan karbitan. Kematangan yang bisa diuji kualitasnya sehingga tidak terjebak menjadi manusia yang tahu tapi tidak bisa membedakan, mengerti tapi tidak bisa melakukan.
Referensi :
Kamaluddin dan L.M, El Shirazy (2011) : The Islamic Golden Rules, 17 Aturan Emas Meraih Puncak Kesuksesan dan Kejayaan, Ihwah, Jakarta.
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
"Hari ini, jika ada orang iseng menekan satu tombol saja di pusat peluncuran nuklir, maka kita, seluruh penduduk bumi akan musnah" (Anthony Giddens).
Dalam pandangan hidup Muslim, menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Menuntut ilmu berbeda artinya dengan mencari ilmu. Kalau mencari ilmu dimaksudnya hanya untuk mengetahui, belum tentu didalami, belum tentu diresapi, dan belum tentu diamalkan. Untuk mendalami, meresapi dan mengamalkannya perlu keikhlasan, kematangan dan kesungguhan. Karena itu lebih tepatnya menggunakan istilah menuntut ilmu, yang lebih khusus diartikan sebagai mencari, mempelajari, mendalami, meresapi dan mengamalkan ilmu.
Menuntut ilmu dapat diibaratkan seperti orang yang mencari buah durian. Buah durian yang enak dan lezat adalah buah durian yang masak di pohon, bukan yang masak karena dikarbit. Buah durian yang masak tadi akan jatuh dengan sendirinya ke tanah. Jika ada orang yang menemukannya, maka buah durian tersebut akan menjadi makanan yang bergizi dengan kualitas rasa yang tinggi. Sedangkan bila tidak ada orang yang menemukannya maka ia akan mengeluarkan biji yang siap menjadi pohon durian yang baru atau bisa juga dimakan oleh hewan lainnya yang kebetulan menemukannya. Sungguh, tidak ada yang sia-sia dari buah durian tersebut.
Buah durian tersebut dapat diibaratkan sebagai orang yang memberi ilmu, lebih khususnya adalah guru. Seorang guru harus memiliki sifat-sifat kematangan buah durian tadi. Ilmu yang benar-benar matang, mumpuni, dan masak. Guru yang memiliki kematangan tersebut tidak akan sedih bila dimaki, dan tidak akan tinggi hati bila dipuji, serta tidak akan takut jika muridnya lebih pintar daripada dirinya.
Guru yang memiliki kematangan ilmu, memiliki kepribadian yang ikhlas. Seperti keikhlaskan buah durian tadi yang jatuh dengan sendirinya dari pohon begitu telah matang. Artinya hanya buah durian yang benar-benar matanglah yang rela dan ikhlas menjatuhkan dirinya dari atas pohon. Ia juga rela, jika dimakan oleh hewan lainnya atau membusuk ke dalam tanah menjadi penyubur tanah tersebut sehingga bisa memberikan saripati gizi bagi tumbuh-tumbuhan yang ada di atas tanah tersebut.
Jika kita perhatikan guru-guru pesantren atau guru mengaji (madrasah) jaman dulu, banyak yang tidak mau menerima imbalan atau digaji oleh murid-muridnya. Nafkah untuk menghidupi dirinya dan keluarganya dilakukan dengan cara yang lain, berdagang, bekerja di bidang lain, bertani, dan lain-lain, bahkan kadang-kadang dia harus juga menghidupi para muridnya.
Mungkin ketidakselarasan sekarang ini disebabkan oleh berubahnya cara pandang guru terhadap muridnya. Dimana murid adalah objek yang bisa memberikan nafkah kehidupan. Sehingga keikhlasan dan kerelaan itu menjadi sesuatu yang langka. Boro-boro mau ikhlas, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah sulit.
Dalam kenyataannya, banyak guru justru harus terjebak dalam "berjualan ilmu" daripada mengajarkan dan mengamalkan ilmu itu sendiri. Maksudnya, murid-murid adalah konsumen ilmu, dan guru adalah produsen ilmu. Sehingga yang terjadi adalah eksploitasi besar-besar terhadap murid oleh gurunya. Akibatnya tujuan pembelajaran itu sendiri tidak pernah tercapai, kecuali hanya untuk memenuhi target dan kuota kelulusan. Hasilnya, tidak ada murid-murid yang menguasai ilmu yang diajarkan tersebut, kecuali hanya sebagai seorang penonton tanpa makna dalam sebuah pertunjukan.
Keikhlasan tidak hanya dituntut dari seorang guru, tetapi juga dituntut dari para murid yang menuntut ilmu kepada guru tersebut. Sembarang dalam menerima ilmu dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap murid tersebut. Jadi tuntutlah ilmu yang benar-benar matang dari guru yang benar-benar matang. Sama seperti buah durian tadi, jika asal memilih, maka bisa-bisa kita mendapatkan buah durian yang busuk, kecut, bahkan pahit.
Dalam menerima ilmu, murid-murid harus memiliki rasa keikhlasan, tawadhu, dan tidak sombong. Seperti seorang yang harus membungkuk atau berjongkok dalam mengambil buah duren yang jatuh ke tanah tadi. Guru ikhlas, dan murid tawadhu'. Tawadhu artinya murid-murid mendengarkan, memahami, menerima dan melaksanakan pelajaran-pelajaran, ilmu-ilmu secara ikhlas, bukan memberikan pertentangan, bukan pula memprotes, mendemo dan melawan, bahkan mempermalukan gurunya karena dalam anggapan si murid apa yang diberikan itu tidak sesuai dengan kemauan murid tersebut atau tidak memberikan nilai tinggi terhadap hasil belajar muridnya. Karena ini bukan masalah kemauan, ini adalah aturan (proses) yang harus dilaksanakan agar ilmu itu bisa sampai kepada penerimanya.
Namun pada kenyataannya, murid-murid sekarang lebih cenderung untuk bertindak instan, pragmatis, cepat. Seperti buah durian tadi yang seharusnya masak di pohon dan jatuh dengan sendirinya, tetapi sekarang harus dipetik sebelum masak dan dikarbit supaya cepat masak. Akibatnya tujuan dan hakikat menuntut ilmu tadi tidak tercapai dan terpenuhi, karena yang terjadi adalah mencari ilmu yang hanya mengerjar target, rutinitas, dan kebiasaan, tanpa ada hasil yang berkualitas.
Itulah sebabnya, sekarang begitu banyak orang-orang yang bersekolah, belajar, tapi kematangan ilmu, pribadi, dan emosinya seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Beda dengan jaman dulu, jaman kakek-nenek kita, dimana sedikit orang yang bersekolah tetapi kematangan ilmu, pribadi dan emosinya jauh melebihi statusnya. Karena kehidupan, keluarga, masyarakat jauh lebih membentuk kualitas keilmuan, kepribadian, dan emosi kakek nenek kita dulu dibanding dengan sekolahan jaman sekarang. Kenapa itu terjadi, karena keikhlasan, kasih sayang dan motivasi para pemberi ilmu dulu yang kuat dalam memegang idealisme sehingga murid-muridnya menjadi murid-murid dengan karakter yang kuat. Inilah sekarang yang sudah jauh sangat berkurang.
Guru kencing berdiri
Murid kencing berlari
Itu dulu
....
Tapi kini
Guru kencing berdiri
Murid mengencingi gurunya
Permasalahan ini hanya dapat diselesaikan dengan kembali kepada pegangan dan pedoman tuntunan agama. Moral, idealisme, dan prinsip harus dipegang dengan teguh dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pengaruh ideologi yang merusak, yang sengaja disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin merusak generasi harus diminimalkan dan bila mungkin dimusnahkan. Kalau tidak, pribadi yang terbentuk hanyalah pribadi yang pragmatis, cepat, instant, tapi tidak kuat terhadap cobaan, gangguan, rintangan dan hambatan. Generasi-generasi yang putus asa, yang bingung, dan gampang dijatuhkan. Karena kekuatan prinsip dan idealisme dalam karakter yang tidak kuat. Sedikit saja kondisi dan situasi berubah, maka jatuhlah mereka ke dalam keputusaan, patah semangat, dan ketidakmampuan.
Semua butuh proses, semua proses harus dijalani, senang-sedih, bahagia-menderita. Menghindari proses dan menginginkan hasil yang cepat tanpa mempertimbangkan kualitas adalah pragmatis. Pragmatis mungkin akan membuahkan hasil yang cepat, tapi hasil itu tidaklah bermutu, hasil yang cepat membusuk, tidak bisa bertahan, dan berkualitas rendah. Mari memulai dan berjuang untuk kematangan sejati, bukan karbitan. Kematangan yang bisa diuji kualitasnya sehingga tidak terjebak menjadi manusia yang tahu tapi tidak bisa membedakan, mengerti tapi tidak bisa melakukan.
Petatah Petitih Baru
(by Taufik Ismail - sumber : http://taufiqismail.com/sajak-ladang-jagung/buku-ketiga/126-petatah-petitih-baru)
Mata
Gajah di seberang lautan tak tampak Kuman di pelupuk mata juga tak tampak
Humas
Menepuk air di dulang Tepercik ke muka sendiri Kemudian dilap dengan press release
Ekonomi
Sesal dahulu pendapatan Sesal kemudian pengeluaran
Pendidikan
Guru kencing berdiri Murid mengencingi guru
Hujan
Air hujan turunnya ke cucuran atap Kalau banjir atapnya yang turun ke air
Nasionalisme
Hujan batu di negeri orang Hujan emas di negeri sendiri Lebih enak di negeri sendiri
Penderitaan
Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersakit-sakit berkepanjangan
PBB
Duduk sama rendah Berdiri lain-lain tingginya
Gunung Api
Maksud hati memeluk gunung Apa daya gunungnya meletus
Pers
Buruk muka pers dibelah.
Gajah di seberang lautan tak tampak Kuman di pelupuk mata juga tak tampak
Humas
Menepuk air di dulang Tepercik ke muka sendiri Kemudian dilap dengan press release
Ekonomi
Sesal dahulu pendapatan Sesal kemudian pengeluaran
Pendidikan
Guru kencing berdiri Murid mengencingi guru
Hujan
Air hujan turunnya ke cucuran atap Kalau banjir atapnya yang turun ke air
Nasionalisme
Hujan batu di negeri orang Hujan emas di negeri sendiri Lebih enak di negeri sendiri
Penderitaan
Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersakit-sakit berkepanjangan
PBB
Duduk sama rendah Berdiri lain-lain tingginya
Gunung Api
Maksud hati memeluk gunung Apa daya gunungnya meletus
Pers
Buruk muka pers dibelah.
Referensi :
Kamaluddin dan L.M, El Shirazy (2011) : The Islamic Golden Rules, 17 Aturan Emas Meraih Puncak Kesuksesan dan Kejayaan, Ihwah, Jakarta.
6 Apr 2013
Awas !!! Bahaya Laten Komunis Tidak Akan Pernah Berakhir
Hampir dua tahun ini saya mengalami trauma psikis yang kalau tidak dikendalikan bisa menimbulkan phobia dan rasa ketakutan di dalam pikiran saya. Sebenarnya ketakutan itu bermula dari rasa keingintahuan saya, tapi setelah tahu, malah menimbulkan sindrom kecemasan.
Awalnya saya senang fotografi, searching di internet tentang daerah tujuan wisata dan layak untuk diabadikan dalam sebuah foto. Awalnya sih senang-senang saja dan tidak ada yang aneh hingga suatu saat berita yahoo menampilkan judul Tempat Wisata Yang Paling Menyeramkan di Dunia. Penasaran... saya mengkliknya, dan dibeberkan beberapa tempat wisata yang paling menyeramkan, mulai gereja mason, tempat pembantaian Ksatria Templar, Kamp Auwiz di Austria tempat pembantaian Yahudi, dan beberapa kastil di daerah Inggris dan Transilvania (Negara Balkan) yang menjadi saksi bisu kekejaman para penguasannya.
Tapi semua itu tidak ada apa-apanya menurut saya, dibandingkan dengan Tuol Sleng dan Chong Ek. Dua tempat yang menurut saya paling menyeramkan. Kedua tempat ini berada di Kota Phnom Phen, Kamboja, digunakan oleh rejim Pol Pot untuk membantai rakyatnya sendiri. Rejim Pol Pot adalah rejim komunis yang menginginkan Kamboja menjadi negara komunis tanpa syarat dan tanpa pengecualian. Untuk itu dia menetapkan sebuah langkah politik yang disebut Ground Zero. Politik Ground Zero adalah suatu cara menciptakan tatanan kehidupan bernegara yang baru dengan memusnahkan tatanan yang sudah ada. Bagi Pol pot dan komunis pada umumnya, tatanan baru bisa diciptakan sesuai dengan impian mereka jika tatanan yang lama dimusnahkan. Pemusnahan itu bukan saja dalam bentuk tata aturan, tapi sudah lebih kepada pemusnahan masal manusia (genocide). Naudzubillahi min dzalik, tsumma naudzubillah...
Mungkin kalau di Indonesia setara dengan peristiwa G 30 S/PKI, tapi peristiwa Tuol Sleng dan Chong Ek benar-benar di luar pemikiran dan hati nurani manusia sehat. Tuol Sleng adalah sebuah kamp konsentrasi milik rejim Pol Pot. Kamp ini dulunya adalah sekolah SMA dan ketika rejim Pol Pot berkuasa, bangunan ini dirubah menjadi Kamp Konsentrasi.
Gambar Museum Geocide Tuol Sleng
Pol Pot memenjarakan semua lawan politiknya di sini. Bukan hanya itu, kawan-kawan yang tidak sepaham dengan dirinya juga dimasukkan ke dalam Kamp ini. Yang masuk bukan hanya pribadi atau orang yang dianggap lawan politik atau musuh negara, tetapi seluruh orang-orang yang terkait dengan orang yang dibenci tersebut juga turut ditangkap dan disiksa di dalam Kamp ini. Mulai dari bayi dengan umur beberapa bulan, sampai Kakek/Nenek tua renta tidak luput dari penyiksaan.
Gambar Ruang Tahanan Wanita di Kamp Tuol Sleng
(sumber : http://s04.sonyaandtravis.com/images/cambodia-2013/tuol-sleng-genocide-museum-phnom-penh-cambodia-o-the-lower-floor-of-building-c-converted-into-small-cells.jpg)
Caranya adalah menginterogasi tahanan, dan sang tahanan harus menyebutkan minimal 10 orang yang ada hubungannya dengan tahanan yang bersangkutan. Jika tahanan melawan, sudah pasti siksaan akan diterima. Awalnya akan ada orang yang membujuk sang tahanan secara baik-baik dan bersikap seolah-olah bersimpati kepada sang tahanan untuk mengatakan siapa-siapa saja sanak famili dan teman-temannya. Jika tidak berhasil, maka algojo penyiksa akan digunakan.
Jarang para tahanan di sini yang mati dengan wajar, atau ditembak. Peluru jarang digunakan, dan para tahanan tidak dibiarkan mati dengan mudah, tetapi harus merasakan perihnya siksaan yang berada di luar batas-batas peri kemanusiaan, manusia dianggap bukan manusia. Sebenarnya banyak gambar yang memperlihatkan cara-cara penyiksaannya, tetapi saya tidak sampai hati (dan masih trauma) untuk melihat apalagi meng-uploadnya.
Bangunan kamp tersebut terdiri dari 3 (tiga) tiga tingkat, dan setiap tingkat diberi pagar kawat berduri. Tujuannya bukan mencegah tahanan lari, tetapi mencegah tahanan untuk bunuh diri. Awalnya pagar kawat-kawat tersebut tidak ada. Pada suatu hari ada tawanan yang putus asa karena dia yakin akan menyakitkan lagi jika mati disiksa, akhirnya dia melompat dari lantai tiga, bunuh diri. Nah... untuk mencegah hal tersebut, maka dibuat pagar kawat berduri, di masing-masing tingkatnya.
Gambar Kawat Berduri Pada Bangunan Kamp.
(sumber : http://s04.sonyaandtravis.com/images/cambodia-2013/tuol-sleng-genocide-museum-phnom-penh-cambodia-m-preserved-building-c-with-barbed-wire-around-the-ground-floor-th.jpg)
Jangankan orang-orang dewasa, anak-anak dan bayi juga tidak luput dari penyiksaan. Bayi-bayi mungil dibunuh dengan melemparkannya dari jendela, dan anak-anak dibunuh dengan memukulkan batu di kepala anak-anak tersebut. Ah... cukuplah... gak sanggup saya menuliskannya...
Itu belum seberapa, kejadian di Chong Ek lebih dahsyat lagi, membunuh anak-anak dengan cara dipegang kakinya dan dihatamkan kepalanya... mmmmm... ke pohon sampai pecah... Astaghfirullahaladzim.... Bayi-bayi dilemparkan di atas, kemudian ditampung di bawah dengan senapan berbayonet... Bayi-bayi tersebut... mmmmm... Naudzubillahi min dzalik Tsumma Naudzubillah... disambut dan tepat mendarat di ujung-ujug bayonet. Bahkan kadang-kadang dicincang (mutilas) dan mayatnya dimasukkan ke rawa-rawa di sekitar Kamp Chong Ek... Chong Ek adalah Kamp pembunuhan terakhir, artinya tahanan-tahanan yang masih hidup di Tuol Sleng akan dibawa ke Chong Ek untuk dihabisi... Jarak antara Tuol Sleng dan Chong Ek lebih kurang 15 Km. Tuol Sleng berada di tengah kota Phnom Phen, sedangkan Chong Ek berada di bagian Selatan Chong Ek dan merupakan sebuah desa. Dulunya Chong Ek adalah komplek perkuburan Cina dan berada di tepi rawa... Semenjak Pol Pot berkuasa dengan Khmer Merahnya, daerah ini (berupa hutan kecil dan padang rumput) dirubah menjadi The Killing Field (Ladang Pembantaian).
Gambar Sisa-sisa jenazah korban Pembantaian Khmer Merah di Chong Ek
(sumber : http://tianatozer.files.wordpress.com/2009/04/victims-clothing.jpg?w=300&h=225)
Gambar Museum Killing Field di Komplek Chong Ek
(sumber : http://i30.photobucket.com/albums/c349/pauche/Cambodia%20231206/CIMG5835.jpg)
Gerbang ke Komplek Musium Killing Field Chong Ek Kamboja
(sumber: http://static.panoramio.com/photos/large/57996831.jpg)
Sampai sekarang, di Tuol Sleng masih terasa bau anyir darah tahanan-tahanan yang disiksa, dan di Chong Ek, dari bawah tanahnya masih mengeluarkan tulang belulang korban pembantaian. Jika membaca dan melihat foto-foto Tuol Sleng dan Chong Ek, berikut kisahnya, teringatlah kita akan peristiwa G 30S/PKI di Indonesia. Bagaimana para Jenderal dibantai...
Dimana pun di dunia ini, Partai Komunis merupakan perkumpulan yang paling menyeramkan. Teror yang selalu dibawanya untuk meraih kekuasaan adalah kejahatan luar biasa bagi peradapan manusia. Pemikirannya yang atheis, anti agama, dan anti kemapaman. Cita-cita partai komunis adalah menyamakan struktur sosial di masyarakat dalam suatu kendali, artinya di masyarakat tidak boleh ada perbedaan, semua sama, sama rata, sama rasa. Semua milik bersama, kepemilikan pribadi tidak diakui.
Paham komunis sangat anti kepada para kaum cendikiawan, para pemikir, ilmuan, apalagi ulama. Karena pemikiran-pemikiran mereka membahayakan eksistensi komunis, pemikiran yang sejalan adalah militan dan berani radikal. Manusia dipandang hanya sebagai materi tidak lebih, materi harus diperbaharui dengan materi, dimunculkan dan dilenyapkan dengan materi, karena itu segala cara untuk membunuh dan membinasakan manusia khususnya golongan-golongan yang tidak sepaham dengan komunis adalah dibenarkan dan legal. Awal konsep komunisme sebenarnya tidak menyinggung keberadaan Tuhan, hanya mengatur hubungan pada manusia, tetapi perkembangannya terutama sejak diimplementaskan oleh Lenin memalui Revolusi Rusia dan mendirikan dengan Uni Sovyet, keberadaan Tuhan tidak diakui. Agamanya hanya candu atau racun yang bisa mempengaruhi orang untuk berpikiran radikal. Di dalam ajaran komunis, tata nilai, budaya, aturan, dan moral tidak diperlukan, yang penting kekuasaan dapat diraih dan dipertahankan. Karena itu cara-cara menghasut, menipu, memfitnah, membunuh adalah halal dalam pandangan komunis, asal kekuasaan langgeng.
Sebagai contoh, dapat kita lihat pada apa yang terjadi di Korea Utara dan Vietnam, sedikit negara komunis yang masih setia menjalankan ajaran murni komunisme. Lihat juga Cina yang terpaksa menerapkan dua ideologi untuk mempertahankan eksistensi negaranya, komunis berhaluan kapitalis.
Propaganda-proganda kaum komunis untuk merebut kekuasaan begitu menggiurkan, mereka akan mengatakan bahwa mereka adalah pembela sejati kaum proletar, yaitu kaum marjinal, biasanya buruh, petani atau kaum dhuafa yang selama ini terlunta-lunta dan dieksploitasi oleh para pemilik modal. Kaum komunis juga akan mendukung para "sampah masyarakat", preman, penjahat, bandit, perampok, bahkan pemalas yang bermimpi bisa kaya tanpa kerja. Pemikiran dan ide komunis sangat diterima oleh golongan marjinal dan sampah masyarakat ini karena bagi mereka ada harapan untuk memperbaiki nasib. Padahal sebenarnya yang dijanjikan adalah kebohongan dan tipuan, setelah mereka berkuasa, tetap saja, kaum dhuafa, marjinal dan sampah masyarakat tersebut akan dieksploitasi untuk kekuasaaan. Eksploitasinya tanpa belas kasihan bahkan bisa di luar batas-batas peri kemanusiaan.
Karena kaum marjinal adalah kaum yang bisa dipengaruhi dan digerakkan dengan mudah, makanya kaum komunis tidak suka kemapanan. Semakin mapan dan semakin pintar suatu individu, keluarga atau masyarakat semakin susah untuk menggerakkannya sesuai denga keinginan kaum komunis. Oleh karena itu, pendidikan, sekolah adalah sesuatu yang dipandang rendah, kalaupun ada tentunya harus dalam batas-batas ajaran komunis atau dapat memperkokoh kekuasaan kaum komunis.
Komunis tidak akan pernah sirna, sampai kiamat tiba. Walaupun saat ini pengaruh komunis di dunia melemah, bukan berarti kekuatan dan pengaruhnya hilang. Semakin banyak kaum marjinal, semakin bodoh masyarakat, semakin tidak tercukupinya dan menuruhkan kesejahteraan masyarakat, maka kekuatan dan pengaruh komunis akan semakin kuat. Logika tanpa Logistik = Anarkis, adalah model penggambaran yang dapat diberikan untuk menunjukkan hubungan antara kemiskinan dan kebodohan dengan komunis. Semakin lapar, semakin miskin, dan semakin marjinal hidup masyarakat, maka pengaruh komunis semakin kuat. Karena pengaruh tersebut akan mengeksploitasi dan memperkuat perasaan tertindas, direndahkan, dan tidak diperhatikan yang umumnya memang dirasakan oleh kaum dhuafa, miskin, bodoh, dan marjinal.
Karena itu gerakan anti kemiskinan dan kebodohan harus terus dikembangkan untuk melemahkan dan menghambat paham komunis. khususnya di Indonesia. Alasan apapun yang diberikan para pembela, simpatisan, dan penganut paham komunis untuk menyatakan bahwa komunis itu bersih dan manusiawi adalah bohong belaka. Sejarah membuktikan itu... Kalau sejarah Indonesia masih meragukan karena pengaruh politik Orde Baru, lihatlah sejarah dunia tentang paham komunis.Kerusakan yang ditimbulkan paham ini lebih parah daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh Nazi... Bahkan bisa menghapuskan suatu bangsa, kebudayaan, pengetahuan dari sejarah. Bagi mereka, kekuasaan adalah segalanya, dan hanya dengan dukungan kemiskinan dan kebodohan kekuasaan itu bisa ditegakkan tanpa ada perlawanan....
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada link-link berikut ini, mengenai sejarah komunis, dan perlakuan komunis di Cina :
Sebagai bahan renungan, ada baiknya pesan yang ditulis di bawah Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede , Jakarta, dapat dijadikan referensi :
WASPADA DAN MAWAS DIRI... AGAR PERISTIWA SEMATJAM INI TIDAK TERULANG LAGI
Djakarta, 1 Oktober 1965, Dini Hari
1 Apr 2013
Lebih Baik Damai di Tempat dgn Polantas daripada Ikut Sidang
Minggu kemarin bikin acara jalan-jalan. Asik banget jalan-jalannya. Menjelajah tempat-tempat yang belum pernah dijelajahi. Boncengan naik motor. Helm lengkap, jaket dan sepatu pengaman lengkap. Pokoknya sesuai dengan standar keselamatan berkendara.
Perginya lewat jalan umum yang padat, truk, angkot, kendaraan pribadi. Sampai di tempat yang dituju, berputar-putar sebentar, foto-foto dan diam sejenak untuk mengusir lelah. Akhirnya setelah puas menikmati pemandangan dan suasana yang ada, kami pun beranjak pulang.
Karena bosan menikmati kemacetan, kami pun mengambil jalan yang berbeda dengan arah perginya. Jalan imi lebih luas dengan empat jalur, dua di kanan dan dua di kiri. Lalulintas pun tidak begitu ramai, maklum hari Minggu.
Karena di depan ada perempatan dan kami akan belok ke kanan, maka kami mengambil jalur kanan. Tiba-tiba tak disangka, ada seorang polantas dgn jaket hijau muda terang berjalan ke tengah dan menyuruh kami ke pinggir. Kami pun bertanya dalam hati, apa lagi salah kami sehingga ditangkap?
"Selamat siang Pak... mohon ditunjukkan SIM sama STNKnya Pak..". Kami pun menunjukkan yang kami punya. "Ada apa Pak...?", kami pun bertanya. "Bapak salah jalan, sepeda motor itu jalan di sebelah kiri, ini saya buatkan surat tilangnya", jawab polisi dengan gaya pongahnya... "Wah kami nggak tau Pak, apa ada tandanya Pak?". Dengan gays sombong dia menjawab, "Ya ada, di depan saya".
Langsung dia keluarkan surat tilang, tulis. Tapi saya bilang, "Pak, jangan ditilang, masak kami gak tahu, ditilang juga"... "Kalau mau alasan gak tau, ntar komplain di pengadilan", jawabnya sambil tetap menulis di surat tilang. Wah, gak bener nih... bayangkan jika harus ke pengadilan dan berhadapan dengan mafia pengadilan, bisa habis waktu dan biaya berapa lagi. Yang jelas, ujung-ujungnya tetap bayar denda.
Akhirnya setelah menimbang untung rugi, waktu, biaya dan tenaga, akhirnya... "Pak, gak bisa diselesaikan di sini saja, saya kerja Pak, gak punya waktu bolak balik ke pengadilan, bisa-bisa dipecat saya Pak..." Dengan wajah sinis penuh kemenangan, polisi tadi pun berkata, "ya sudah, kalau mau diselesaikan di sini, Ini dendanya", ditunjukkannya daftar denda pada surat tilang, "Dua Ratus Ribu Rupiah....", mahal amat... "Gini aja Pak, ini dompet saya", sambil menunjukkan isi dompet. "Uang saya tinggal lima puluh ribu, saya gak punya uang segitu Pak, gimana Pak bisa gak ?"... Dengan mimik wajah yang ketus, polisi tersebut berkata, "Ya sudah gak apa-apa, lain kali lihat jalan, jangan di sebelah kanan"... Kami menyerahkan uang lima puluh ribu rupiah tadi, dan berlalu sambil berkata, "Terima kasih Pak..."... Cabuuuuut, dasar nasib sial, bayar polisi..
Memang...damai di tempat tidak bisa dihindarkan kalau mikiri waktu, tenaga dan biaya yang harus dibayar jika mengikuti prosedur sidang di pengadilan. Belum lagi mafia pengadilan yang udah kong kali kong dalam satu sistem. Semoga ini yang terakhir kena tilang polisi, dan jangan sampai berurusan sama pengadilan, Naudzubillahimindzalik Tsummanaudzubillah... Aamiin...
Perginya lewat jalan umum yang padat, truk, angkot, kendaraan pribadi. Sampai di tempat yang dituju, berputar-putar sebentar, foto-foto dan diam sejenak untuk mengusir lelah. Akhirnya setelah puas menikmati pemandangan dan suasana yang ada, kami pun beranjak pulang.
Karena bosan menikmati kemacetan, kami pun mengambil jalan yang berbeda dengan arah perginya. Jalan imi lebih luas dengan empat jalur, dua di kanan dan dua di kiri. Lalulintas pun tidak begitu ramai, maklum hari Minggu.
Karena di depan ada perempatan dan kami akan belok ke kanan, maka kami mengambil jalur kanan. Tiba-tiba tak disangka, ada seorang polantas dgn jaket hijau muda terang berjalan ke tengah dan menyuruh kami ke pinggir. Kami pun bertanya dalam hati, apa lagi salah kami sehingga ditangkap?
"Selamat siang Pak... mohon ditunjukkan SIM sama STNKnya Pak..". Kami pun menunjukkan yang kami punya. "Ada apa Pak...?", kami pun bertanya. "Bapak salah jalan, sepeda motor itu jalan di sebelah kiri, ini saya buatkan surat tilangnya", jawab polisi dengan gaya pongahnya... "Wah kami nggak tau Pak, apa ada tandanya Pak?". Dengan gays sombong dia menjawab, "Ya ada, di depan saya".
Langsung dia keluarkan surat tilang, tulis. Tapi saya bilang, "Pak, jangan ditilang, masak kami gak tahu, ditilang juga"... "Kalau mau alasan gak tau, ntar komplain di pengadilan", jawabnya sambil tetap menulis di surat tilang. Wah, gak bener nih... bayangkan jika harus ke pengadilan dan berhadapan dengan mafia pengadilan, bisa habis waktu dan biaya berapa lagi. Yang jelas, ujung-ujungnya tetap bayar denda.
Akhirnya setelah menimbang untung rugi, waktu, biaya dan tenaga, akhirnya... "Pak, gak bisa diselesaikan di sini saja, saya kerja Pak, gak punya waktu bolak balik ke pengadilan, bisa-bisa dipecat saya Pak..." Dengan wajah sinis penuh kemenangan, polisi tadi pun berkata, "ya sudah, kalau mau diselesaikan di sini, Ini dendanya", ditunjukkannya daftar denda pada surat tilang, "Dua Ratus Ribu Rupiah....", mahal amat... "Gini aja Pak, ini dompet saya", sambil menunjukkan isi dompet. "Uang saya tinggal lima puluh ribu, saya gak punya uang segitu Pak, gimana Pak bisa gak ?"... Dengan mimik wajah yang ketus, polisi tersebut berkata, "Ya sudah gak apa-apa, lain kali lihat jalan, jangan di sebelah kanan"... Kami menyerahkan uang lima puluh ribu rupiah tadi, dan berlalu sambil berkata, "Terima kasih Pak..."... Cabuuuuut, dasar nasib sial, bayar polisi..
Memang...damai di tempat tidak bisa dihindarkan kalau mikiri waktu, tenaga dan biaya yang harus dibayar jika mengikuti prosedur sidang di pengadilan. Belum lagi mafia pengadilan yang udah kong kali kong dalam satu sistem. Semoga ini yang terakhir kena tilang polisi, dan jangan sampai berurusan sama pengadilan, Naudzubillahimindzalik Tsummanaudzubillah... Aamiin...
Langganan:
Postingan (Atom)