6 Apr 2013

Awas !!! Bahaya Laten Komunis Tidak Akan Pernah Berakhir

Hampir dua tahun ini saya mengalami trauma psikis yang kalau tidak dikendalikan bisa menimbulkan phobia dan rasa ketakutan di dalam pikiran saya. Sebenarnya ketakutan itu bermula dari rasa keingintahuan saya, tapi setelah tahu, malah menimbulkan sindrom kecemasan.

Awalnya saya senang fotografi, searching di internet tentang daerah tujuan wisata dan layak untuk diabadikan dalam sebuah foto. Awalnya sih senang-senang saja dan tidak ada yang aneh hingga suatu saat berita yahoo menampilkan judul Tempat Wisata Yang Paling Menyeramkan di Dunia. Penasaran... saya mengkliknya, dan dibeberkan beberapa tempat wisata yang paling menyeramkan, mulai gereja mason, tempat pembantaian Ksatria Templar, Kamp Auwiz di Austria tempat pembantaian Yahudi, dan beberapa kastil di daerah Inggris dan Transilvania (Negara Balkan) yang menjadi saksi bisu kekejaman para penguasannya.

Tapi semua itu tidak ada apa-apanya menurut saya, dibandingkan dengan Tuol Sleng dan Chong Ek. Dua tempat yang menurut saya paling menyeramkan. Kedua tempat ini berada di Kota Phnom Phen, Kamboja,  digunakan oleh rejim Pol Pot untuk membantai rakyatnya sendiri. Rejim Pol Pot adalah rejim komunis yang menginginkan Kamboja menjadi negara komunis tanpa syarat dan tanpa pengecualian. Untuk itu dia menetapkan sebuah langkah politik yang disebut Ground Zero. Politik Ground Zero adalah suatu cara menciptakan tatanan kehidupan bernegara yang baru dengan memusnahkan tatanan yang sudah ada. Bagi Pol pot dan komunis pada umumnya, tatanan baru bisa diciptakan sesuai dengan impian mereka jika tatanan yang lama dimusnahkan. Pemusnahan itu bukan saja dalam bentuk tata aturan, tapi sudah lebih kepada pemusnahan masal manusia (genocide). Naudzubillahi min dzalik, tsumma naudzubillah...

Mungkin kalau di Indonesia setara dengan peristiwa G 30 S/PKI, tapi peristiwa Tuol Sleng dan Chong Ek benar-benar di luar pemikiran dan hati nurani manusia sehat. Tuol Sleng adalah sebuah kamp konsentrasi milik rejim Pol Pot. Kamp ini dulunya adalah sekolah SMA dan ketika rejim Pol Pot berkuasa, bangunan ini dirubah menjadi Kamp Konsentrasi.

Gambar Museum Geocide Tuol Sleng

Pol Pot memenjarakan semua lawan politiknya di sini. Bukan hanya itu, kawan-kawan yang tidak sepaham dengan dirinya juga dimasukkan ke dalam Kamp ini. Yang masuk bukan hanya pribadi atau orang yang dianggap lawan politik atau musuh negara, tetapi seluruh orang-orang yang terkait dengan orang yang dibenci tersebut juga turut ditangkap dan disiksa di dalam Kamp ini. Mulai dari bayi dengan umur beberapa bulan, sampai Kakek/Nenek tua renta tidak luput dari penyiksaan.


Gambar Ruang Tahanan Wanita di Kamp Tuol Sleng
(sumber : http://s04.sonyaandtravis.com/images/cambodia-2013/tuol-sleng-genocide-museum-phnom-penh-cambodia-o-the-lower-floor-of-building-c-converted-into-small-cells.jpg)

Caranya adalah menginterogasi tahanan, dan sang tahanan harus menyebutkan minimal 10 orang yang ada hubungannya dengan tahanan yang bersangkutan. Jika tahanan melawan, sudah pasti siksaan akan diterima. Awalnya akan ada orang yang membujuk sang tahanan secara baik-baik dan bersikap seolah-olah bersimpati kepada sang tahanan untuk mengatakan siapa-siapa saja sanak famili dan teman-temannya. Jika tidak berhasil, maka algojo penyiksa akan digunakan. 

Jarang para tahanan di sini yang mati dengan wajar, atau ditembak. Peluru jarang digunakan, dan para tahanan tidak dibiarkan mati dengan mudah, tetapi harus merasakan perihnya siksaan yang berada di luar batas-batas peri kemanusiaan, manusia dianggap bukan manusia. Sebenarnya banyak gambar yang memperlihatkan cara-cara penyiksaannya, tetapi saya tidak sampai hati (dan masih trauma) untuk melihat apalagi meng-uploadnya.

Bangunan kamp tersebut terdiri dari 3 (tiga) tiga tingkat, dan setiap tingkat diberi pagar kawat berduri. Tujuannya bukan mencegah tahanan lari, tetapi mencegah tahanan untuk bunuh diri. Awalnya pagar kawat-kawat tersebut tidak ada. Pada suatu hari ada tawanan yang putus asa karena dia yakin akan menyakitkan lagi jika mati disiksa, akhirnya dia melompat dari lantai tiga, bunuh diri. Nah... untuk mencegah hal tersebut, maka dibuat pagar kawat berduri, di masing-masing tingkatnya.


Gambar Kawat Berduri Pada Bangunan Kamp.
(sumber : http://s04.sonyaandtravis.com/images/cambodia-2013/tuol-sleng-genocide-museum-phnom-penh-cambodia-m-preserved-building-c-with-barbed-wire-around-the-ground-floor-th.jpg)

Jangankan orang-orang dewasa, anak-anak dan bayi juga tidak luput dari penyiksaan. Bayi-bayi mungil dibunuh dengan melemparkannya dari jendela, dan anak-anak dibunuh dengan memukulkan batu di kepala anak-anak tersebut. Ah... cukuplah... gak sanggup saya menuliskannya...

Itu belum seberapa, kejadian di Chong Ek lebih dahsyat lagi, membunuh anak-anak dengan cara dipegang kakinya dan dihatamkan kepalanya... mmmmm... ke pohon sampai pecah... Astaghfirullahaladzim.... Bayi-bayi dilemparkan di atas, kemudian ditampung di bawah dengan senapan berbayonet... Bayi-bayi tersebut... mmmmm... Naudzubillahi min dzalik Tsumma Naudzubillah... disambut dan tepat mendarat di ujung-ujug bayonet. Bahkan kadang-kadang dicincang (mutilas) dan mayatnya dimasukkan ke rawa-rawa di sekitar Kamp Chong Ek... Chong Ek adalah Kamp pembunuhan terakhir, artinya tahanan-tahanan yang masih hidup di Tuol Sleng akan dibawa ke Chong Ek untuk dihabisi... Jarak antara Tuol Sleng dan Chong Ek lebih kurang 15 Km. Tuol Sleng berada di tengah kota Phnom Phen, sedangkan Chong Ek berada di bagian Selatan Chong Ek dan merupakan sebuah desa. Dulunya Chong Ek adalah komplek perkuburan Cina dan berada di tepi rawa... Semenjak Pol Pot berkuasa dengan Khmer Merahnya, daerah ini (berupa hutan kecil dan padang rumput) dirubah menjadi The Killing Field (Ladang Pembantaian).

Gambar Sisa-sisa jenazah korban Pembantaian Khmer Merah di Chong Ek
(sumber : http://tianatozer.files.wordpress.com/2009/04/victims-clothing.jpg?w=300&h=225)


Gambar Museum Killing Field di Komplek Chong Ek
(sumber : http://i30.photobucket.com/albums/c349/pauche/Cambodia%20231206/CIMG5835.jpg)


Gerbang ke Komplek Musium Killing Field Chong Ek Kamboja
(sumber: http://static.panoramio.com/photos/large/57996831.jpg)

Sampai sekarang, di Tuol Sleng masih terasa bau anyir darah tahanan-tahanan yang disiksa, dan di Chong Ek, dari bawah tanahnya masih mengeluarkan tulang belulang korban pembantaian. Jika membaca dan melihat foto-foto Tuol Sleng dan Chong Ek, berikut kisahnya, teringatlah kita akan peristiwa G 30S/PKI di Indonesia. Bagaimana para Jenderal dibantai...

Dimana pun di dunia ini, Partai Komunis merupakan perkumpulan yang paling menyeramkan. Teror yang selalu dibawanya untuk meraih kekuasaan adalah kejahatan luar biasa bagi peradapan manusia. Pemikirannya yang atheis, anti agama, dan anti kemapaman. Cita-cita partai komunis adalah menyamakan struktur sosial di masyarakat dalam suatu kendali, artinya di masyarakat tidak boleh ada perbedaan, semua sama, sama rata, sama rasa. Semua milik bersama, kepemilikan pribadi tidak diakui.

Paham komunis sangat anti kepada para kaum cendikiawan, para pemikir, ilmuan, apalagi ulama. Karena pemikiran-pemikiran mereka membahayakan eksistensi komunis, pemikiran yang sejalan adalah militan dan berani radikal. Manusia dipandang hanya sebagai materi tidak lebih, materi harus diperbaharui dengan materi, dimunculkan dan dilenyapkan dengan materi, karena itu segala cara untuk membunuh dan membinasakan manusia khususnya golongan-golongan yang tidak sepaham dengan komunis adalah dibenarkan dan legal. Awal konsep komunisme sebenarnya tidak menyinggung keberadaan Tuhan, hanya mengatur hubungan pada manusia, tetapi perkembangannya terutama sejak diimplementaskan oleh Lenin memalui Revolusi Rusia dan mendirikan dengan Uni Sovyet, keberadaan Tuhan tidak diakui. Agamanya hanya candu atau racun yang bisa mempengaruhi orang untuk berpikiran radikal. Di dalam ajaran komunis, tata nilai, budaya, aturan, dan moral tidak diperlukan, yang penting kekuasaan dapat diraih dan dipertahankan. Karena itu cara-cara menghasut, menipu, memfitnah, membunuh adalah halal dalam pandangan komunis, asal kekuasaan langgeng.

Sebagai contoh, dapat kita lihat pada apa yang terjadi di Korea Utara dan Vietnam, sedikit negara komunis yang masih setia menjalankan ajaran murni komunisme. Lihat juga Cina yang terpaksa menerapkan dua ideologi untuk mempertahankan eksistensi negaranya, komunis berhaluan kapitalis.

Propaganda-proganda kaum komunis untuk merebut kekuasaan begitu menggiurkan, mereka akan mengatakan bahwa mereka adalah pembela sejati kaum proletar, yaitu kaum marjinal, biasanya buruh, petani  atau kaum dhuafa yang selama ini terlunta-lunta dan dieksploitasi oleh para pemilik modal. Kaum komunis juga akan mendukung para "sampah masyarakat", preman, penjahat, bandit, perampok, bahkan pemalas yang bermimpi bisa kaya tanpa kerja. Pemikiran dan ide komunis sangat diterima oleh golongan marjinal dan sampah masyarakat ini karena bagi mereka ada harapan untuk memperbaiki nasib. Padahal sebenarnya yang dijanjikan adalah kebohongan dan tipuan, setelah mereka berkuasa, tetap saja, kaum dhuafa, marjinal dan sampah masyarakat tersebut akan dieksploitasi untuk kekuasaaan. Eksploitasinya tanpa belas kasihan bahkan bisa di luar batas-batas peri kemanusiaan.

Karena kaum marjinal adalah kaum yang bisa dipengaruhi dan digerakkan dengan mudah, makanya kaum komunis tidak suka kemapanan. Semakin mapan dan semakin pintar suatu individu, keluarga atau masyarakat semakin susah untuk menggerakkannya sesuai denga keinginan kaum komunis. Oleh karena itu, pendidikan, sekolah adalah sesuatu yang dipandang rendah, kalaupun ada tentunya harus dalam batas-batas ajaran komunis atau dapat memperkokoh kekuasaan kaum komunis.

Komunis tidak akan pernah sirna, sampai kiamat tiba. Walaupun saat ini pengaruh komunis di dunia melemah, bukan berarti kekuatan dan pengaruhnya hilang. Semakin banyak kaum marjinal, semakin bodoh masyarakat, semakin tidak tercukupinya dan menuruhkan kesejahteraan masyarakat, maka kekuatan dan pengaruh komunis akan semakin kuat. Logika tanpa Logistik = Anarkis, adalah model penggambaran yang dapat diberikan untuk menunjukkan hubungan antara kemiskinan dan kebodohan dengan komunis. Semakin lapar, semakin miskin, dan semakin marjinal hidup masyarakat, maka pengaruh komunis semakin kuat. Karena pengaruh tersebut akan mengeksploitasi dan memperkuat perasaan tertindas, direndahkan, dan  tidak diperhatikan yang umumnya memang dirasakan oleh kaum dhuafa, miskin, bodoh, dan marjinal.

Karena itu gerakan anti kemiskinan dan kebodohan harus terus dikembangkan untuk melemahkan dan menghambat paham komunis. khususnya di Indonesia. Alasan apapun yang diberikan para pembela, simpatisan, dan penganut paham komunis untuk menyatakan bahwa komunis itu bersih dan manusiawi adalah bohong belaka. Sejarah membuktikan itu... Kalau sejarah Indonesia masih meragukan karena pengaruh politik Orde Baru, lihatlah sejarah dunia tentang paham komunis.Kerusakan yang ditimbulkan paham ini lebih parah daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh Nazi... Bahkan bisa menghapuskan suatu bangsa, kebudayaan, pengetahuan dari sejarah. Bagi mereka, kekuasaan adalah segalanya, dan hanya dengan dukungan kemiskinan dan kebodohan kekuasaan itu bisa ditegakkan tanpa ada perlawanan....

Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada link-link berikut ini, mengenai sejarah komunis, dan perlakuan komunis di Cina :



Sebagai bahan renungan, ada baiknya pesan yang ditulis di bawah Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede , Jakarta, dapat dijadikan referensi :



WASPADA DAN MAWAS DIRI... AGAR PERISTIWA SEMATJAM INI TIDAK TERULANG LAGI 

Djakarta, 1 Oktober 1965, Dini Hari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar